Sejarah Tokoh yang Berada dan Diperabukan di Punden Tapaan, Lasem.Eyang Mpu Guru Pangeran Santi Badra, Ayah Kanjeng Sunan Kalijaga |
Jakarta - Bpanbanten.com || Sejarah tokoh yang berada dan diperabukan di Punden Tapaan,Lasem.Eyang Mpu Guru Pangeran Santi Badra, Ayah Kanjeng Sunan Kalijaga.
Pusaka-Pancer-Pemersatu Nusantara.
Jowo-Jawi-Jawoto. Hwuning Me Whuningi.
Kubur Punden. Leluhur Kanung Argasoka.
Tokoh pertama dan tertua bernama Kie Seng dhang,relik.wafat 200 SM.
Tokoh kedua bernama Eyang Hang Sam Badra, abu layon. Wafat 425 Masehi.
Tokoh ketiga Eyang Dewi Sie ba ha,Abu Layon.Wafat 445 Masehi.
Tokoh keempat Eyang Rangga Widyabadra,Abu Layon.Wafat 920 Masehi.
Tokoh ke lima Eyang Mpu Guru Pangeran Santibadra,abu layon.Wafat tahun 1527 Masehi di usia 95 tahun.Manuswa Badra-Santi .Kota Lasem Rembang Jawa Tengah.
Harapan saya terutama PUDEN TAPAAN Eyang Mpu Guru Pangeran Santi Badra bisa lebih dikenal oleh masyarakat Nasional dan Dunia,serta turut menjaga-merawat-dan melestarikan nya.
Eyang Mpu Guru Pangeran Santi Badra adalah seorang pemuka ajaran Buddha/Buddhi/Budi Darma yang masih mempertahankan esensi Ke-Jawa-An-Nya/Kenusantaraannya.Beliau juga turut berkontribusi untuk ajaran Siwa Buddha ketika berada di Majapahit.Beliau bergelar Tumenggung Ing Wilwatikta. Beliau adalah Ayah biologis dari Santi Kusuma/Kanjeng Sunan Kalijaga (Tokoh Nusantara,sang pemersatu yang bijaksana, berbudi luhur, dan jenius yang mengajarkan- menyebarkan ajaran Agama Islam tetapi tetap konsisten mempertahankan esensi ke-Jawa-annya/Kejawen/Kenusantaraannya).
Jadi ajaran apapun yang masuk ke tanah Nusantara harus berlandaskan-bernafaskan Kenusantaraan. Semangat-Ruh-Spirit Nusantara (esensi) jangan dihilangkan, dan dalam hal ini untuk contoh Kejawen/Ke-Jawa-an-nya.Jadi Kejawen itu bukan berarti Kejawa-Jawaan seperti ucapan oknum-oknum mabuk yang coba untuk mengkerdilkan esensi Kejawen/Kenusantaraan.
Kanjeng Sunan Kalijaga sangat mencintai orang tuanya (ayah & ibunya). Beliau,Kanjeng Sunan Kalijaga turut belajar-mendengarkan-mempertahankan-menjalankan serta menggenapi petuah, pengeling,pesan,dan ajaran luhur sang Ayahanda (Eyang Santi Badra) yaitu ajaran Badra Santi/Sabda Badra Santi.
Indonesia.Tanah Nusantara.Tanah Suci dan Sakti.Pancer dan Pemersatu dunia bahkan semesta sekalipun.
Ada salah satu tokoh berkualitas Luhur,Mulia, dan Agung yaitu Eyang Semar Badranaya/Semar Bodronoyo.Ini adalah kunci kebangkitan Nusantara,saya tau dan yakin bahwa ketika ajaran ini dibuka, pasti Nusantara akan bangkit dan jaya, serta Indonesia emas akan terwujud-tergenapi.Manusia-Manusia Nusantara akan ELING DAN WASPADA, TERSADARKAN DAN TERCERAHKAN.
Dan jalan untuk mendapatkan kunci itu berada di ajaran Badra-Santi dan Kejawen.Ajaran ini bukan lagi dua melainkan satu kesatuan yang diprakarsai oleh Ayah dan Anak, Eyang Santi Badra dan Kanjeng Sunan Kalijaga.Ini adalah bab yang hilang,dipress,dan selalu coba untuk dikerdilkan oknum-oknum bebal,mabuk,dan tidak bertanggung jawab.
Sebuah bab persatuan yang dimana ketika ini dipelajari dan dibangkitkan kembali,maka semangat Ke-Nusantar-An Bangsa ini akan bangkit, kuat, dan jaya.
Sebuah ajaran luhur para leluhur Nusantara yaitu ajaran hwuning,Buddha Darma,Buddhi/Budi kanung,Siwa Buddha, Badra-Santi, dan kejawen yang patut selalu di uri-uri,jaga,lestarikan dan dijalankan". Ujar suhu Tjoeng (Ki Panunggal Rasa) saat di wawancarai di Yayasan beliau, Yayasan Boemi Saudara Sabangsa.
Puden Tapaan Eyang Pangeran Mpu Guru Santi Badra berada di Dusun ngasinan, desa Waru gunung,pancur, kecamatan Lasem.kabupaten rembang.jawa tengah.
Harapan kedepan Suhu Tjoeng (Ki Panunggal Rasa) "Inilah sejarah Nusantara yang sebenarnya dan jangan sampai ada oknum tidak bertanggung jawab yang coba untuk mengubah, membodohi,memabukkan dan memecah belah masyarakat dengan narasi-narasi yang tidak baik dan tidak benar".
Ingat pertanyaanku dan jawablah pada dirimu sendiri
"Kalo bukan kita,mau siapa lagi? Dan kalo bukan sekarang, mau kapan lagi?. Kita semua turut menjaga, merawat, dan melestarikan Budaya, Sejarah, Seni, dan Ajaran-Ajaran luhur Bangsa Indonesia (Nusantara)".
"Dan Ingatlah selalu pesan-pengeling-dan doaku. Hwuning Me Whuningi.
Bulan mewakili hatiku dan turut menjadi saksi akan cintaku kepada Bangsa-Negara dan Keluarga ini.
Jowo-Jawi-Jawoto Semua Mahkluk Hidup Berbahagia.Santi Santi Santi,Rahayu Rahayu Rahayu, Slamet Slamet Slamet". Tutup Suhu Tjoeng (Ki Panunggal Rasa).(M.Taufan Galih)
0 Komentar